Social Icons

Kamis, 28 Maret 2013

Kata Remaja tentang Politik


“Politik”, satu kata yang sudah menjadi tren masa kini, terutama di Indonesia yang kita cintai ini. Hampir seluruh lapisan masyarakat tahu, bahkan tak jarang politik menjadi buah bibir di mana-mana. tetapi, pada kenyataannya hanya segelintir orang yang benar-benar paham dan mengenal hakikat “politik” yang sesungguhnya.
Politik dalam arti luasnya adalah pengaturan urusan masyarakat. Tidak ada yang salah bukan dengan politik? Yang salah di sini adalah cara pendahulu-pendahulu kita dalam melaksanakannya.
Di Indonesia, identitas politik sudah tercemar. Pihak penguasa secara tidak langsung menanamkan bahwa politik itu korupsi, politik itu menyuap, politik itu kotor, politik itu rekayasa, politik itu kejam, dan itu-itu lain yang tentunya mengandung unsur keburukan. Pada akhirnya, paradigma yang seperti itu mengantarkan kita menjadi masyarakat yang acuh tak acuh terhadap dunia perpolitikan. Terlebih lagi untuk remaja, pandangan mereka yang salah terhadap politik, menurunkan kesadaran untuk ikut berpartisipasi di dalamnya.
Padahal, tanpa kita sadari, kehidupan kita secara tidak langsung selalu dipenuhi dengan politik, bahkan kita sendirilah yang melakukan aksi politik tersebut. Sesederhana itu.
Jadi sangat mustahil jika ada pernyataan yang melarang generasi muda untuk berpartisipasi di dunia politik, bahkan dalam takaran partisipasi yang sangat minim. Yaitu peduli terhadap realita dan menjadikannya bahan diskusi sehari-hari.
Politik dianggap momok dan kutukan yang seharusnya tak boleh disentuh oleh pemuda-pemudi kita. Generasi-generasi tua menganggap kita –para remaja- masih anak-anak dan tidak tahu apa-apa tentang politik, apalagi masalah-masalah politik di Indonesia yang terbilang cukup kompleks.
Menurut saya, justru ketika generasi muda berbicara politik adalah hal yang patut diacungi jempol, sangat patut dibanggakan. Karena itu artinya, di umur mereka yang masih muda, mereka masih mempedulikan bangsanya, mereka sudah mempedulikan masyarakatnya. Merekalah remaja, generasi penerus bangsa ini, mereka pun berhak menyumbangkan suaranya di dunia politik. Mengapa harus dibatasi? Bukankah itu adalah suatu kemajuan, karena mereka telah mempersiapkan dirinya untuk ikut berpartisipasi dalam membangun masyarakat yang sesungguhnya?
Remaja identik dengan ide dan pemikirannya yang masih fresh dan kreatif. Bukankah itu bisa menjadi sebuah kontribusi awal untuk me-reload­ ide-ide tentang politik Indonesia saat ini sehingga menjadi lebih berkembang dan solutif? Selain itu, jiwa kritis para remaja juga sangat dibutuhkan untuk melakukan control dan pengawasan terhadap politik pemerintahan negara kita.
Saya sendiri awalnya juga memegang paradigma yang salah tentang politik. Bahkan saya cenderung menghindar, saya terlalu takut untuk terjun di dalamnya. Tetapi di sisi lain diri saya, saya juga tak jarang melakukan diskusi dengan teman, mengomentari masalah-masalah Negara yang terkait sangat erat dengan dunia politik. Setelah itu, saya sadar bahwa berbicara tentang politik dengan usia kita yang mungkin masih bau kencur di mata orang-orang tua tidaklah salah. Benar-benar tidak ada yang salah. Bahkan jika mulai sekarang kita bercita-cita, atau terjun dan berkeimpung secara langsung di dunia politik benar-benar tak ada salahnya. Malah seharusnya kita berada di barisan terdepan untuk mendukung mereka, yang tentunya berorientasi membawa masyarakat Indonesia menuju masyarakat madani. Masyarakat yang lebih baik.

Rabu, 13 Maret 2013

Surat yang (tak) Tersampaikan

Assalamualaikum Wr. Wb.

Surat ini, kutujukan untuk siapa saja yang pernah kecewa bahkan terluka karenaku. Khususnya, kepada kedua orang tua yang sangat kucintai.

Aku bingung harus memulai dari mana. Entahlah, aku hanya membiarkan semua pikiranku tumpah dan memaksa jemari ini tuk menekan tuts-tuts keyboard ini. Banyak sekali yang ingin kuceritakan langsung pada kalian. Tanpa perantara, berbicara melalui hati. Tapi ah, kurasa aku terlalu pengecut untuk itu semua. Aku hanya takut, tak siap menerima segala konsekuensi di ujung tanduknya.

Aku memang masih terlihat kekanak-kanakan. Manjaku masih sering keluar, emosi ini juga masih saja labil. Tapi aku juga sudah cukup umur untuk memilih. Terlebih untuk hidupku sendiri. Karena ini hidupku. Aku yang menjalaninya. Tapi tak berarti bahwa aku mengabaikan kalian. Itu tak benar. Aku peduli. Dan itu sebabnya, sampai detik ini aku masih saja terbayang.

Mungkin, pilihanku kali ini tak seperti kebanyakan orang. Aku yakin kalian pasti heran, keget, tak percaya, bahkan sampai pada takaran meremehkan. Bukan, bukan hanya kalian. Siapapun yang mendengar pilihanku kali ini, pasti juga akan merasakan hal yang sama. Itulah mengapa aku terlalu takut untuk membuka.

Tapi percayalah, aku mulai belajar memilih dengan alasan. Aku mulai belajar memilih dengan pendasaran. Dan aku mulai belajar memilih untuk kebermaknaan. Aku bukan anak kemarin sore yang tiba-tiba jatuh hati pada pandangan pertama dan menentukan pilihan saat itu juga. Tapi tahukah kalian bahwa aku telah melalui proses yang sangat panjang hingga akhirnya aku menemukannya, lalu jatuh dan memantapkan hanya padanya?

Sungguh, kuakui aku terlalu pengecut untuk urusan ini. Saat aku sudah menjatuhkan sebuah pilihan, lidahku begitu kelu tuk mengatakannya. Aku hanya takut, jika pilihanku akan menghancurkan ekspektasi yang terlanjur kalian terbangkan terlalu tinggi. Aku hanya tak siap, jika kalian berbalik arah dan justru menolakku karena pilihan itu. Padahal, jika tanpa dukungan dan restu dari kalian, aku bisa apa?

Aku tak berani meminta, karena aku tahu aku sudah terlalu sering meminta. Aku juga tak berani memohon, karena aku sadar sudah tak terhitung berapa permohonanku yang kalian iyakan. Lantas aku harus apa?

Masa depanku ada di pilihan ini. Bukan materi yang kuharapkan walau aku yakin aku pasti membutuhkan. Bukan prestis yang kutuju walau terkadang terbesit sedikit pikiran untuk itu. Tapi bukan itu prioritasku. Bukan itu yang menjadi landasan pemilihanku. Aku tahu, paradigma yang sudah tertanam lama sungguh sulit tuk dihapuskan. Tapi apakah aku harus mengorbankan sebuah kebenaran dan cita-cita yang besar hanya untuk paradigma yang salah? Apa harus kukorbankan perjalananku menetapkan pilihan ini hanya untuk mengikuti jalan cerita yang tak mengantarkanku ke tempat yang kutuju?

Tolong, katakan padaku bagaimana cara untuk meyakinkan kalian akan pilihanku? Tolong, bantu aku lepas dari ketakutan yang membelengguku. Dan tolong, dukung aku ketika tak ada seorangpun yang berjalan bersamaku.

Pidato Ujian Praktek

Assalamualaikum Wr. Wb

Yang terhormat,
Bapak dan ibu guru SMA Negeri 2 Surabaya.
Dan yang saya cintai,
Teman-teman kelas XII SMA Negeri 2 Surabaya.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmatnyalah kita dapat berkumpul di aula SMA Negeri 2 Surabaya ini dalam acara istighosah dan motivasi bersama.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Terima kasih yang sebesar-besarnya saya tujukan kepada bapak dan ibu guru yang berkenan hadir, dan teman-teman kelas XII yang telah mengizinkan saya untuk menyampaikan pidato singkat ini.

Teman-teman yang saya sayangi,
Tidak terasa sudah hampir 3 tahun kita menimba ilmu di SMADA yang kita cintai ini. Tak hanya pelajaran di kelas yang kita dapat, tapi lebih dari itu. Persaudaraan, perjuangan, tangis, tawa, yang sebentar lagi hanya akan menjadi memori.
UNAS sudah semakin dekat, hanya kurang 35 hari lagi! Saya yakin kalian sudah melakukan berbagai persiapan dalam menyambutnya. Mulai dari belajar sendiri, mengikuti bimbingan belajar, memanggil guru privat, dan lain sebagainya. Saya juga tahu, bahwa hari-hari kalian selalu diisi dengan belajar dan berdoa tanpa lelah dan bosan.

Tapi tak dapat dipungkiri, bahwa ada dari kita yang juga mempersiapkan kecurangan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap kali penyelenggaraan UNAS, kunci jawaban diperjualbelikan oleh orang-orang tak bertanggung jawab. Hebatnya, presentase kebenaran kunci tersebut sangat tinggi, dan terbukti manjur dari tahun ke tahun.

Teman-teman yang saya cintai,
Bocoran tersebut dapat berbahaya bagi masa depan kita. Bahkan ekstrimnya, bagi masa depan bangsa kita. Mental dan moral kita sebagai generasi penerus akan hancur hanya karena bocoran tersebut. Pendidikan Indonesia tak hanya gagal dalam menciptakan pendidikan yang baik, tapi juga akan gagal dalam mencetak produknya, yaitu kita. Sebagai tombak kepemimpinan bangsa ini selanjutnya.

Teman-teman yang saya banggakan,
Seperti yang sudah dijelaskan oleh bapak dan ibu guru, bahwa UNAS tahun ini agak berbeda. pemerintah sudah menyiapkan 20 paket soal dengan LJK yang berbarcode di dalamnya. Itu artinya, dalam satu ruangan, setiap siswa mendapat satu soal yang berbeda satu sama lain. Ditambah dengan LJK yang sudah dilengkapi barcode yang tidak memungkinkan untuk ditukar. Pengondisian seperti ini mungkin tak bisa 100 % menghilangkan kecurangan, tetapi saya yakin cara ini efektif untuk mengurangi potensi kecurangan yang akan terjadi. Perubahan memang memerlukan waktu, bukan?

Teman-temanku seperjuangan,
Tahukan kalian bahwa dengan menggunakan bocoran, kita tak ubahnya seperti tikus-tikus berdasi yang selama ini kita hujat. Bukankah kita bertekad untuk memperbaiki wajah ibu pertiwi yang sudah tercoreng ini? Menumpas segala bentuk kecurangan yang terlanjur melekat dengan identitas bangsa kita!
Maka dari itu, mari kita mulai dari diri kita sendiri sebagai subyek utama dalam permasalahan ini. Mari kita buktikan bahwa proses belajar kita di SMADA selama ini benar-benar membuahkan hasil yang optimal. Dari otak kita sendiri! Dari keringat kita sendiri! Jangan pernah takut menjunjung tinggi kejujuran dan sportifitas. Percayalah, hasil yang akan kalian dapat akan jauh lebih memuaskan dari pada hasil yang didapat dengan kecurangan.

Dan untuk bapak dan ibu guru, terima kasih atas kesediaan bapak dan ibu dalam mendidik dan membimbing kami selama ini. Lepas anandamu dengan doa dan dukungan. Kami berjanji kami tidak akan mengecewakan bapak dan ibu.

Sekian pidato dari saya, saya mohon maaf apabila ada kata atau sikap yang kurang berkenan. Atas perhatian bapak dan ibu serta teman-teman sekalian saya mengucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Kamis, 07 Maret 2013

Dasar Manusia

Dasar manusia,
Dikasih panas ngeluh, minta hujan
Hujan turun, ngeluh juga, minta reda.

Dasar manusia,
Dikasih sepuluh minta seratus,
Dikasih seratus eeee malah minta seribu.

Dasar manusia,
Lagaknya menebar senyum,
Tapi benci dan dendam masih bersemayam.

Dasar manusia,
Mau ini, mau itu, mau banyak sekali.

Dasar manusia,
Paling sebel kalo diomongin di belakang,
Tapi dianya suka main belakang.

Dasar manusia,
Katanya ga suka dipaksa,
Tapi kenapa dianya sendiri semena-mena?

Dasar manusia,
Cute Purple Rain drop