Social Icons

Sabtu, 28 Juli 2012

Aku dan Kenangan Itu

Assalamualaikum, :))
Sabtu ini genap seminggu sudah kita memasuki bulan Ramadhan, cepet yaaa :3. Memang ga terasa, waktu berputar begituuuuuu cepat, tau tau sekarang pun aku sudah menginjak kelas XII (3 SMA). Dan Insyaallah 10 hari lagi usiaku pun beranjak menuju angka 17. Usia yang dikatakan spesial bagi remaja seumuranku.
Padahal, rasanya baru kemarin aku masuk SMA, baru kemarin aku masuk SMP, baru kemarin masuk SD, atau bahkan baru kemarin aku belajar berjalan. Aaaaaaaaah, berbicara soal waktu membuatku ingin memutar memori-memori masa kecilku.
***
Aku adalah anak ke-dua dari 3 bersaudara. Kakakku seorang perempuan 24 tahun dan adikku seorang siswa kelas VIII (2 SMP). Dari 3 bersaudara ini, sudah menjadi rahasia umum bahwa akulah yang paling nakal, rame, judes, cerewet, lucu dan paling-paling lainnya. Hampir setiap keluarga kecil atau bahkan keluarga besarku berkumpul, selalu ada saja benang merah yang menghubung-hubungkan dengan cerita masa kecilku, yang akhirnya selalu berakhir derai tawa mereka yang membuatku terpojok, tapi tetap ikut tertawa.
..
Jarak usiaku dan kakakku terbilang cukup jauh, kurang lebih 7 tahun. Dulu kami sama sekali tak terlihat mirip, namun semakin lama nampaknya garis kemiripan di antara kami mulai terlihat. Tapi jangan salah, kalian akan sangat terkejut ketika menemukan sifat dan sikap kami yang jauh berbeda. Konon, karena kakakku tergolong sangat pendiam, maka ketika mengandungku ibu sangat menginginkanku menjadi anak yang lincah. Jadi jangan salahkan aku ya Bu kalau sekarang aku seperti ini :p.
..
Dulu, ketika para tetangga memanggil-manggil namaku dan mencoba menggodaku, aku selalu membalas dengan tatapan tajam "Opo celuk-celuk? Gak usah celuk-celuk" yang justru membuat mereka semakin gencar menyebut namaku, sampai aku menangis! Padahal kan image perrtamanya judes, kenapa mendadak cengeng gini ._. Aku menangis tsnpa mic lho ya, tapi nyatanya tangisanku itu bisa terdengar sampai jarak beberapa ratus meter :p Hingga terkadang tetanggaku yang rumahnya jauh pun sampai datang dan bertanya mengapa aku menangis. Bahkan dulu, pernah ketika salah seorang sepupuku berencana menginap beberapa minggu di rumah, baru 3 hari sudah memutuskan tuk kembali pulang. Mengapa? Karena tak tahan dengan tangisanku :p
Tangisanku memang mangganggu sekali, sehingga tak jarang aku malah mendapat amarah dan bentakan balik dari orang tuaku -meeskipun aku masih kecil-. Kalau sudah begitu, biasanya aku lari ke luar, medongakkan kepala ke atas, mencari-cari pesawat yang melayang, lantas berteriak -masih dengan sesenggukan- "Oooooom Syaaaaariiiiiifff". Om Syarif, adik bungsu bapak yang mendadak terkenal di kampungku karena kebiasaan konyol tersebut.
..
Dulu, aku sangat keras. Apa mauku, itu harus dituruti. Kalau aku suka aku bilang suka, begitupun sebaliknya. Ketika aku tidak menyukai sesuatu akupun mati-matian menolak. Singkat cerita, ketika aku dan keluarga, -termasuk budhe dan om- pergi entah ke mana, lupa hehe. Dalam perjalanan aku melihat ada banyak orang yang sedang makan nasi bungkusan, asyik banget kelihatannya, rame gitu, lesehan semua di sebuah lapangan besar, dengan banyak bendera, umbul-umbul dan poster bahkan kaos mereka berwarna hijau, yang belakangan ku tahu bahwa itu adalah kampanyenya PKB. Dengan brutalnya aku merengek-rengek agar bisa ikut makan rame-rame bersama mereka. Segala macam tipu daya dan bujuk rayu sudah dikerahkan mulai dari kakakku, ibu, bapak, sampaaaaaai om dan budheku untuk menghapus keinginan konyolku. Berbagai tawaran makanan yang lebih mahal dan enak dari sebungkus nasi kampanye PKB memenuhi telingaku, tapi tetap tidak menghentikan tangisanku. Hingga budheku yang metaal berjalan ke arah panitia kampanye dan memintakan satu bungkus nasi sembri menunjukku yang masih saja merengek-rengek. Barulah aku disuapi ibuku di tengah-tengah orang-orang berkaos hijau tadi yang menatapku dengan aneh.
Tak hanya itu, ketika aku diajak bertamu ke rumah salah satu kakak ibu, terkadang aku enggan ikut masuk. Ketika ibu memaksa, ya yang ada aku malah menangis tak karuan di depan pintu. Dan sialnya hal itulah yang paling diingat oleh keluarga kakak ibu tersebut, sekarang setiap kali aku ke sana. Pasti Pak Dhe menyindir "Endi seng biyen nangisan iku? Wes gelem merene rek (Mana yang dulu menangis saja? Sudah mau ke sini ya)"
..
Aku sudah bisa membaca dan menulis sebelum memasuki TK, sekitar umur 3 tahun lah, atau mungkin kurang. Hehe. Dan semenjak itu, mulutku tak pernah berhenti mengoceh membaca tulisan apa saja yang ku temui, baik di rumah atapun di jalanan. Begitu juga dengan menulis, di sofa, lemari, dinding, lantai atau apa saja yang ada di dekatku, selama ada pensil, spidol dan bulpoint tanganku tak henti berkarya.
Ketika pertama kali diajari shalawat, aku tak henti menyenandungkannya, tapi ketika ada yang ikut-ikut aku langsung marah-marah dan melarang mereka, "IKU LAGUKU. GAK OLEH MELOK-MELOK!(Itu laguku. Ga boleh ikut-ikut) hahaha alay pake banget yaa?
Dulu, Imajinasiku tinggi sekali. Sampai aku sering mengaku-ngaku kalau aku mempunyai budhe yang tinggal di ruko Purnama, di barisan depan perumahan. Setiap kali melewatinya, aku selalu merengek kepada orang tuaku, "AYO NANG OMAHE BUDHE ISMA, MELBU POKOKE MELBU. (Ayo ke rumahnya budhe Isma, masuk pokoknya harus masuuk). Padahal, dalam silsilah keluarga sama sekali tak ada budheku yang bernama "Isma". Hahahaha.
..
Sekolah pertamaku adalah TK Islam yang berada tepat di seberang rumah. Yang masih aku ingat betul, aku punya guru bernama "Bu Sholehah" biasnya dipanggil "Bu Leha". Beliau adalah guru favoritku. Di rumah, keluarga biasa menggodaku dengan berkata "Bu Leha, Leha leha teruss" Leha dalam bahasa jawa bisa diartikan santai.. jadi bisa mengartikan sendiri kan? :p. Kalau sudah begitu, aku biasanya ga terima dan langsung nangis. Hahaha, apaan banget sih..
Aku termasuk anak yang kuat lho! Setiap jatuh atau luka aku tak pernah menangis, apling hanya meringis. hehe. Lalu luka itu selalu kututup, entah dengan baju atau celana panjang. Yang jelas jangan sampai kelihatan karena kalau kelihatan pasti akan diobati dan itu perih. Itu prinsipku. Dan suatu ketikaaa, aku terjatuh dan hebatnya kedua lututku sama-sama terluka, mau ditutp bagaimanapun juga pasti terlihat karena cara berjalanku yang aneh. Akhirnya, kedua lututku sukses menjadi bulan-bulanan ibu, untuk diberi obat. Tapi anehnya sejak itu aku malah semakin enggan untuk berdiri, dan memutuskan untuk mengesot :p Beberapa minggu aku ngesot dan membolos sekolah. Sampai suatu hari, tetanggaku berinisiatif menggendong dan mengantarku pulang-pergi ke TK. Naaah, lucunyaa, suatu hari tetanggaku lupa menjemput, dari pad lama menunggu, refleks saja aku berlari pulang ke rumah. Lari saudara-saudara! wkwkwkkwk :D. Dan berita ini sempat menjadi headlines di kampung, jadi maluuu ._.
Karena seringnya insiden jatuh atau menjatuhkan yng kualami, aku sempat dijuluki si "Kuta Kuta Hotahe (Tumpah-tumpah hutahe)" yang merupakan pleseta dari film bollywood paling booming saat itu, Kuch Kuch Hotahai
..
Memasuki SD, aku kembali didaftarkan ke sekolah Islam. Di sini aku diajari mengaji lagi, karena bsicnya memang sudah tertanam, jadi mudah saja mengikutinya. Kelas IV SD, aku sudah mulai mempelajari tajwid. Dan memang sudah menjadi kebiasaanku, apa yang aku dapat selalu kupraktekkan kembali di rumaah dengan gaya yang lebih heboh. Yang paling membekas itu ketika be;ajar mad jaiz munfasshil, ketika fathah bertemu huruf hamzah, hendaknya dibaca panjang 5 harakat. Contohnya saja, "ulaaaaaika" yang dengan heboh kupraktekkan di rumah dengan melenggok-lenggokkan jari telunjuk sesuai dengan panjang yang kulafalkan. Ditambah lagi pembelajaran makhroj huruf, yaitu pelafalan huruf hijaiyah yang sesuai. Misalnya huruf "kho" dibaca benaar-benar seperti orang yang sedang ngorok, memang itu yang benar. Dan lucunya, ittu juga berpengaruh pada kehidupan sehari-hariku. Aku mengucapkan "Ga ketok (Ga kelihatan)" dengan makhroj yang benar sehingga menjadi "GAK KHETOK" Bisa membayangkan? :p Tapi justru ini yang menjadi bahan godaan keluargaku.
..
Aku juga masih sedikit ingat, yang jelas dulu ketika aku masih SD, aku pernah bertengkar dengan beberapa teman adikku yang jauh lebih kecil hehe, bahkan dulu aku pernah mencakar tangan salah satu dari mereka sampai didatangi ibunya, pernah juga aku perang batu karena mereka melempari adikku dengan batu sampai menangis. Huehehee ampuuun itu jaman dulu, insyaallah sekarang sudah jinak kok :p
Hmmm, kalau dibandingkan denga kesabaran, kalem dan diamnya kakakku sih jelas aku tak ada apa-apanya. Tak jarang aku mendapat sindiran, "Kok beda jauh ya adik sama mbaknya? Kok bisa sih?" Tapi yaaah, justru tak sedikit yang bilang kalau inilah yang mewarnai secuil kehidupan. Ceritakulah yang paling lucu, gokil, aneh, dan banyaaaaak juga tak terlupa dari 2 saudaraku yang lain. Beginilah aku, dengan kenangan kenangan itu. Terkadang aku sampai harus tertawa tawa sendiri kalau mengingatnya. Lumayan lah, oleh-oleh erita masa lalu untuk anak cucuku di masa depan nanti.:p
..
Sekian, Wassalamualaikum.

4 komentar:

  1. Puanjang euy ceritanya. Tapi yang paling geje yang 'om syarif'. Kaya ponakanku. Kalo nangis, manggilnya nama bulik sama budhe nya yang jauh. Tapi ga pake liat langit sih.

    BalasHapus
  2. hahaha, sebenarnya bisa jauuuh lebih panjang lagi :D
    Iyakah? wah ada pengikutnya nih :p. umur brp keponakannya?

    BalasHapus
  3. hai aulia, wah kamu dari kecil pinter ya...sampe sekarang kan? ;)
    makasih ya udah ikutan #GABlogEmakGaoel
    tnggu pengumumannya tanggal 4 agustus ya... :)

    BalasHapus
  4. hahahaa... Auull.. nguakak polpolan :))
    ternyata, nggak beda sih sama sekarang. wkwkwk.. :P

    jadi, itu toh sejarahnya suara dan cara bicaramu jadi kayak gini ini.. haha^^v
    ampun kk

    BalasHapus

Cute Purple Rain drop