Social Icons

Rabu, 10 Oktober 2012

Sebuah Kisah di Balik Detik-Detik Terakhir Pendaftaran

Assalamualaikum Wr. Wb
Sebenarnya malam ini pikiran saya sedang kacau, tetapi justru dalam kondisi seperti inilah mood menulis saya bertambah gencar. Dan kali ini saya ingin berbagi sebuah cerita yang -menurut saya- cukup mengharukan. Cerita ini baru saja saya dapat tadi pagi ketika uts baru saja berakhir...
***
SKI (Sie Kerohanian Islam) sekolah saya, SMAN 2 Surabaya sebentar lagi akan menyelenggarakan SMC (Smada Muslim Competition) pada Sabtu pekan ini. Berdasarkan hasil Technical Meeting Sabtu pekan lalu, kami masih membuka pendaftaran untuk 3 kategori lomba (Karya tulis, kaligrafi dan tahfidz) sampai dengan kemarin (9/10/12).

Karina (bukan nama samaran; bag. kesekretariatan), mengaku mendapat telepon dari nomor tak dikenal ketika suasana masih berbau Maghrib. Pada awalnya ia enggan mengangkat, namun nomor tersebut terus saja menghubunginya tanpa lelah. Akhirnya dengan sedikit terpaksa diangkatnya telepon tersebut, terdengar suara seorang ibu-ibu di ujung sana.

Ibu itu bercerita tentang nasib anaknya yang sudah mengirim karya tulis ke email SMC, namun belum melakukan pendaftaran. Yang mengharukan adalah, beliau mengatakan bahwa beliau datang dari Bangil dan detik itu, ketika langit akan mulai bercerita tentang gelapnya malam, detik itu beliau berada di depan SMADA demi mendaftarkan anaknya! Sangar gyaaaak? :D
"Mbak, anak saya sudah mengirim karyanya melalui email, tetapi belum mendaftar. Sebenarnya tadi mau mengirim uang pendaftaran melalui bank, tapi banknya tutup. Masih boleh kan mbak daftar mbak, masih bisa ya mbak ya? Anak saya sudah mengirim. Tolong ya mbak.. Sekarang saya di SMADA" mungkin kurang lebih begitu beliau meminta  di telepon, ini hanya imajinasi saya sih hehe ._.

"Mengharukan kaaan, aku langsung sms Abdul dan Abdul langsung ke SMADA! Terus katanya Abdul itu suami-istri boncengan, subhanallah" Karina mengaku sangat terharu, begitupun Abdullah ketua SKI SMADA.

Sepersekian detik setelah saya mendengarnya, saya tidak begitu tertarik. Hanya tanggapan biasa saja, iyo yo mengharukan.. Tapi begitu sampai di rumah dan ketika saya hayati lagi, "wuh.. sangar yo." itu yang ada dalam benak saya. Tak hanya tentang bagaimana usaha mereka untuk mendaftar even sekolah saya, tetapi jauh dari itu.

Pengorbanan orang tua untuk anaknya. Mereka rela berboncengan dari Bangil-Surabaya hanya untuk mengantarkan formulir dan uang senilai Rp 20.000,- agar sang anak tak kecewa. Agar perjuangan sang anak tak hanya berhenti di inbox SMC. Agar anak mereka berhasil mendapatkan apa yang dia mau, yang dia inginkan, yang dia butuhkan!
***

Wassalamualaikum Wtt. Wb 

2 komentar:

Cute Purple Rain drop