“Politik”,
satu kata yang sudah menjadi tren masa kini, terutama di Indonesia yang kita
cintai ini. Hampir seluruh lapisan masyarakat tahu, bahkan tak jarang politik
menjadi buah bibir di mana-mana. tetapi, pada kenyataannya hanya segelintir
orang yang benar-benar paham dan mengenal hakikat “politik” yang sesungguhnya.
Politik
dalam arti luasnya adalah pengaturan urusan masyarakat. Tidak ada yang salah bukan
dengan politik? Yang salah di sini adalah cara pendahulu-pendahulu kita dalam
melaksanakannya.
Di
Indonesia, identitas politik sudah tercemar. Pihak penguasa secara tidak
langsung menanamkan bahwa politik itu korupsi, politik itu menyuap, politik itu
kotor, politik itu rekayasa, politik itu kejam, dan itu-itu lain yang tentunya
mengandung unsur keburukan. Pada akhirnya, paradigma yang seperti itu
mengantarkan kita menjadi masyarakat yang acuh tak acuh terhadap dunia
perpolitikan. Terlebih lagi untuk remaja, pandangan mereka yang salah terhadap
politik, menurunkan kesadaran untuk ikut berpartisipasi di dalamnya.
Padahal,
tanpa kita sadari, kehidupan kita secara tidak langsung selalu dipenuhi dengan
politik, bahkan kita sendirilah yang melakukan aksi politik tersebut.
Sesederhana itu.
Jadi sangat
mustahil jika ada pernyataan yang melarang generasi muda untuk berpartisipasi
di dunia politik, bahkan dalam takaran partisipasi yang sangat minim. Yaitu
peduli terhadap realita dan menjadikannya bahan diskusi sehari-hari.
Politik
dianggap momok dan kutukan yang seharusnya tak boleh disentuh oleh
pemuda-pemudi kita. Generasi-generasi tua menganggap kita –para remaja- masih
anak-anak dan tidak tahu apa-apa tentang politik, apalagi masalah-masalah
politik di Indonesia yang terbilang cukup kompleks.
Menurut
saya, justru ketika generasi muda berbicara politik adalah hal yang patut
diacungi jempol, sangat patut dibanggakan. Karena itu artinya, di umur mereka
yang masih muda, mereka masih mempedulikan bangsanya, mereka sudah mempedulikan
masyarakatnya. Merekalah remaja, generasi penerus bangsa ini, mereka pun berhak
menyumbangkan suaranya di dunia politik. Mengapa harus dibatasi? Bukankah itu
adalah suatu kemajuan, karena mereka telah mempersiapkan dirinya untuk ikut
berpartisipasi dalam membangun masyarakat yang sesungguhnya?
Remaja identik
dengan ide dan pemikirannya yang masih fresh dan kreatif. Bukankah itu bisa menjadi
sebuah kontribusi awal untuk me-reload ide-ide
tentang politik Indonesia saat ini sehingga menjadi lebih berkembang dan
solutif? Selain itu, jiwa kritis para remaja juga sangat dibutuhkan untuk
melakukan control dan pengawasan terhadap politik pemerintahan negara kita.
Saya
sendiri awalnya juga memegang paradigma yang salah tentang politik. Bahkan saya
cenderung menghindar, saya terlalu takut untuk terjun di dalamnya. Tetapi di
sisi lain diri saya, saya juga tak jarang melakukan diskusi dengan teman,
mengomentari masalah-masalah Negara yang terkait sangat erat dengan dunia
politik. Setelah itu, saya sadar bahwa berbicara tentang politik dengan usia
kita yang mungkin masih bau kencur di mata orang-orang tua tidaklah salah.
Benar-benar tidak ada yang salah. Bahkan jika mulai sekarang kita bercita-cita,
atau terjun dan berkeimpung secara langsung di dunia politik benar-benar tak
ada salahnya. Malah seharusnya kita berada di barisan terdepan untuk mendukung
mereka, yang tentunya berorientasi membawa masyarakat Indonesia menuju
masyarakat madani. Masyarakat yang lebih baik.
Hmm iya se ul. Tapi sebagai remaja yo jengkel pisan lek pemikirannya orang" politik sendiri kayak gini:
BalasHapus“Ini cuma orang-orang yang elite yang paham yang bisa membahas ini, rakyat biasa nggak bisa dibawa. Kalau rakyat biasa dibawa memikirkan bagamana perbaikian sistem, bagaimana perbaikan organisasi, bagaimana perbaikan infrastruktur, rakyat biasa pusing pikirannya” Bapak Marzuki Alie. Wadoow -____- *nodong pistol nang ndas dewe*
wkwkwkwk lucu yo
BalasHapusMemperbaiki politik di Indonesia, berarti membuat Indonesia lebih baik. Semangat ul :D
BalasHapussemangat pisan zar! :D
BalasHapus